Halal Produknya Barokah Hidupnya, inshaALLAH

0

Notifikasi

Tidak ada data

Keranjang

Inbox

Notifikasi

Lihat Selengkapnya

Tidak ada data

Doa Seorang Ibu (bagian 5)
kembali ke Jogja

Selasa, 23 Agu 2022, 21:38:58 WIB / By Admin Ruanghalal

Doa Seorang Ibu (bagian 5)

Sampai di Jogja saya langsung meluncur ke RS Bethesda.

Menghambur mencari ruangan di mana bapak saya dirawat.

Saya ingin menangis tapi tertahan, ga ada air mata yang keluar.

Di ruangan itu udah berkumpul keluarga besar saya. 

Ibu saya kaget melihat saya datang karena beliau nggak ingin mengganggu proses wawancara saya. 

Ibu begitu tegar, jiwanya begitu kuat. 

Saya nggak kebiasa main peluk ke orangtua jadi ya begitulah saya nggak meluk ibu saya, malu soalnya. 

Maklum sejak bayi saya kalo tidur dipisah di box kayu, dan setelah agak besar dikit kalo tidur dikelonin nenek saya. 

Kembali ke bapak saya, laki-laki baik yang nggak pernah marah pada anaknya itu terbaring lemah, panas tubuhnya tinggi sekitar 41,5 derajat Celcius. Mulutnya dikasih sonde (bantalan) agar lidahnya nggak kejepit. 

Yaa ALLAH yaa Salaam. 

Saya nggak tega, saya lihat hasil Rontgen kepalanya ada sepertiga cairan darah. Pendarahan otak sudah terlanjur. Belum dilakukan operasi karena kondisinya belum memungkinkan.

Ya, September 2003 itu beruntung saya masih di Indonesia, saya masih bisa melihat wajah bapak walaupun saya nggak bisa bercakap-cakap dengan beliau. Beliau sedang koma. Hanya indera pendengaran yg masih tersisa.

Ternyata hikmah saya nggak jadi ke Jepang adalah ini. Karena jadwal ke Jepang adalah November 2002 sampai dengan Oktober 2003.

ALLAH sungguh Maha Baik padaku, aku masih diberikan kesempatan melihat saat-saat terakhir bapakku. Wajah lelaki yang penyabar itu terpejam dan beliau menangis saat saya bacakan ayat ayat suci Al-Qur'an.

It means pendengarannya masih berfungsi hanya saja mata terpejam dan tubuh terdiam.

Hari itu saya cuma bawa baju yang melekat di badan, nggak bawa ganti. Side A side B jadinya.

Besoknya Senin, 2 orang temen saya yang juga harusnya proses wawancara Indosat mendadak datang. Kalo nggak salah naik pesawat mereka dibayarin oleh mas Banu yang emang keliatan tajir tapi sederhana itu. Mereka melepas kesempatan emas karirnya gara-gara nyusul saya ke Jogja. 


(Bersambung...)



Silahkan Login untuk memberikan Komentar...